LIVEEYENET.com – Masyarakat Palestina melangsungkan tindakan berhenti massal di Pinggir Barat yang ditempati untuk meratap seorang masyarakat Palestina yang meninggal karena shooting militer Israel. Masyarakat Palestina yang meninggal ditembak pasukan Israel adalah pemuda namanya Udai Tamimi.
Udai Tamimi ialah seorang warga kamp pengungsi Yerusalem Shuafat yang berumur 22 tahun. Ia jadi buron lebih dari sepuluh hari sesudah didakwa membunuh seorang tentara dan mencederai yang lain dalam gempuran penembakan di pos pengecekan Shufat pada 8 Oktober kemarin.
Tindakan berhenti massal itu dilaksanakan sepanjang sehari sebagai wujud ratapan mereka atas pembunuhan Udai Tamimi. Pembunuhan itu, seperti dikutip kantor informasi Palestina, Wafa, Kamis (20/10/2022), terjadi saat baku tembak dengan pasukan Israel di pintu masuk permukiman penjajahan Ma’ale Adumim, timur Yerusalem.
Sekarang sesudah Tamimi meninggal pada tangan pasukan Israel, pusat usaha, sekolah, kampus dan sarana-fasilitas lain menunjukkan tindakan pemogokan dan tutup pintu mereka di beberapa daerah Pinggir Barat dan Yerusalem. Bahkan juga tindakan berhenti mencakup fasilitas angkutan umum.
Pihak Palestina sudah mengatakan pemogokan dan menekan masyarakat Palestina turun ke jalan untuk mencela pembunuhan Tamimi dan pelanggaran Israel yang lain, terhitung pengepungan ketat yang berjalan di Nablus dan memaksimalkan gempuran pemukim.
Dalam pada itu, kewenangan wargaan Israel terus berlakukan operasinya sepanjang sembilan hari di Nablus. Militer Israel sepanjang sembilan hari itu tutup delapan pos pengecekan militer disekelilingnya untuk masuk dan keluar Nablus.
Hal tersebut membuat kehidupan setiap hari di kota Pinggir Barat yang ditempati berhenti dan mengakibatkan imbas ekonomi yang merusak pada warganya. Militer Israel sudah membangun lusinan pos pengecekan terbang kembali.
Militer Israel sudah tutup jaringan jalan samping di semua area, yang disebut rumah untuk lebih dari 425 ribu orang yang menyebar di empat kamp pengungsi, 55 dusun, dan satu kota.
Bahkan juga militer Israel lakukan gempuran pada saat malam hari secara besar di kota dan desa-desa sekelilingnya. Pasukan Israel berkelit gempuran ini dilaksanakan untuk cari orang Palestina yang sejauh ini mereka mencari.
Pasukan Israel disampaikan sudah membunuh seorang remaja Palestina sepanjang gempuran militer di kota Jenin, Pinggir Barat, menurut beberapa petinggi.
Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi ke Al Jazeera pada Jumat (21/10) jika Salah al-Braiki, (19) ditembak di leher dan wafat selang beberapa saat di rumah sakit umum Jenin.
Al-Braiki dipastikan wafat pada jam 01:45 waktu di tempat kurang dari 1 jam sesudah tentara Israel dan pasukan khusus menggempur kota Jenin dan kamp pengungsinya.
Di lokasi itu terjadi konfrontasi tentara Israel dengan pemuda dalam kemampuan yang cukup intensif, diambil dari Al Jazeera, Jumat (21/10/2022).
Minimal tiga masyarakat Palestina yang lain cedera oleh peluru tajam Israel, kata kementerian itu.
Pasukan Israel tangkap Baraa Alawneh, ponakan dari pria namanya Ahmad Alawneh — dia pernah dibunuh oleh tentara dalam gempuran besar di Jenin pada 28 September 2022.
Kemelut di Pinggir Barat yang ditempati oleh Israel bertambah semenjak tahun kemarin, saat penembakan masyarakat Palestina di pos pengecekan militer Israel, terutamanya di kota utara Jenin dan Nablus.
Minimal tiga tentara Israel meninggal semenjak 14 September 2022. Satu diantaranya saat terjadi perselisihan di daerah Jenin, dan dua yang lain di pos pengecekan militer minggu kemarin di Nablus dan Yerusalem Timur.
Sebagai sisi dari operasi militer, Israel sudah memaksimalkan gempuran, penangkapan dan pembunuhan di Jenin dan Nablus.
Menurut media lokal, pos pengecekan Salem di utara Jenin sudah jadi target minimal lima penembakan oleh masyarakat Palestina semenjak awalnya Oktober 2022.
Menurut kementerian kesehatan, pasukan Israel sudah membunuh 175 masyarakat Palestina semenjak awalnya tahun, terhitung 124 orang di Pinggir Barat, dan 51 di Lajur Gaza yang terkepung. Sekitaran 1/2 pada mereka yang meninggal di Pinggir Barat datang dari Jenin.
Keseluruhan korban meninggal termasuk juga 41 anak-anak, 17 salah satunya meninggal dalam gempuran 3 hari Israel di Gaza pada Agustus.
Federasi Bangsa-Bangsa menjelaskan, 2022 ialah tahun paling tinggi untuk kematian masyarakat Palestina di Pinggir Barat, dibanding dengan masa yang sama di dalam 16 tahun awalnya.
Baku Hajar Tentara Israel dan Masyarakat Palestina, 1 Orang Meninggal
Seorang pria membawa senjata Palestina meninggal pada Jumat malam dalam baku tembak dengan tentara Israel di utara kota Ramallah, Pinggir Barat, kata beberapa sumber Palestina dan Israel.
Media dan saksi mata Palestina menjelaskan, tentara Israel membunuh pria membawa senjata Palestina di dekat dusun Al-Jalazon sesudah ia melepas shooting dan mencederai seorang pemukim Israel di dekat permukiman Beit El di utara Ramallah.
Tentara Israel menjelaskan jika seorang masyarakat Israel cedera enteng pada Jumat malam saat pria membawa senjata Palestina melepas shooting ke permukiman, diambil dari situs Xinhua, Sabtu (15/10/2022).
Tentara Israel tembak balik dan membunuh pria itu, yang identitasnya belum juga dijumpai, lebih tentara.
Pada Jumat tempo hari, Kementerian Kesehatan Palestina menjelaskan jika dua masyarakat Palestina, terhitung seorang dokter, meninggal, dan enam yang lain cedera oleh tentara Israel sepanjang gempuran pasukan tentara Israel di kota Jenin di Pinggir Barat utara.
Warga Bulan Sabit Merah Palestina menjelaskan dalam sebuah pengakuan jika 66 masyarakat Palestina cedera pada Jumat dalam benturan di antara beberapa puluh pengunjuk rasa Palestina dan tentara Israel di sejumlah dusun dekat kota Nablus di Pinggir Barat utara.
Pengakuan itu menjelaskan jika antara beberapa korban, empat cedera oleh peluru karet dan dua oleh peluru tajam.
Bekasnya menanggung derita mati lemas sesudah mengisap gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel sepanjang benturan.
Kemelut bertambah di antara Israel dan Palestina semenjak Maret sesudah tentara Israel memaksimalkan tindakan dan operasi militernya pada gerilyawan dan aktivis Palestina dengan menggempur beberapa kota Palestina di Pinggir Barat.
Semenjak awalnya Januari, lebih dari 100 masyarakat Palestina dibunuh oleh Israel di Pinggir Barat, terhitung wanita dan anak-anak, menurut angka sah Palestina. Dalam pada itu, lebih dari 20 masyarakat Israel sudah meninggal semenjak Maret.
Robot Israel Semprot Gas Air Mata ke Masyarakat Palestina
Robot Israel dapat tembak gas air mata sampai granat kejut ke masyarakat Pinggir Barat Palestina. Kepandaian bikinan (artificial intelligence) dari robot-robot itu digunakan untuk mencari masyarakat.
Disampaikan VOA Indonesia, Jumat (14/10/2022), militer Israel menjelaskan tehnologi baru itu tidak memunculkan resiko untuk tentara dan masyarakat sipil, sementara orang Palestina menjelaskan senjata itu tidak manusiawi, beresiko, dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Robot itu bisa juga tembakkan peluru berbuntut spons ke masyarakat Palestina.
Walau dipersenjatai dengan amunisi yang tidak mematikan dan tidak seutuhnya automatis, sepasang robot senjata di atas menara penjaga di kamp pengungsi al-Aroub di Pinggir Barat tetap membuat beberapa orang Palestina ketakutan.
Dengan 1 sentuhan tombol saja, tentara Israel yang berjaga-jaga dibalik jendela antipeluru menara itu bisa aktifkan senjata-senjata itu untuk tembak sasaran tertentu.
Beberapa orang Palestina menjelaskan, senjata di menara itu sudah berkali-kali menghujani kamp di lereng bukit itu dengan gas air mata. Kamal Abu Hishesh, seorang warga kamp al-Aroub, menjelaskan senjata itu bekerja cepat sekali.
“Cepat sekali, bahkan juga bisa lebih cepat dari yang umum dilaksanakan oleh tentara. Berbau gas yang dilepaskan semakin kuat dari berbau gas dari bubuk senjata. Bom gas air mata yang ditembakkan bisa capai ujung kamp dan sampai ke situ. Saya sudah menyaksikannya seringkali dan saya bahkan juga punyai videonya,” terangnya.
Peluru Berbuntut Spons
Faksi Israel berbicara robot senjata itu punyai peluru, tapi tidak mematikan karena berbuntut spons.
Robot senjata sebenarnya makin kerap dipakai di beberapa seluruh dunia, dan drone sebagai tipe yang terbanyak digunakan.
Senjata yang dikontrol dari jauh sama seperti yang dioperasionalkan Israel di Pinggir Barat sendiri sudah lama dipakai oleh Amerika Serikat di Irak, Korea Selatan, persisnya di sejauh tepian dengan Korea Utara dan oleh pemberontak Suriah.
Robot senjata itu dibikin oleh Smart Shooter, sebuah perusahaan yang tawarkan kontrak senjata dengan beberapa puluh militer di beberapa seluruh dunia. CEO-nya, Michal Mor menjelaskan senjata itu tidak seutuhnya dapat bekerja sendiri dan memerlukan penyeleksian sasaran dan amunisi oleh manusia.
“Bergerak pengalaman dari meningkatkan rudal akurat, mekanisme pengaturan shooting Smart Shooter coba capai dua arah khusus. Pertama, membuat perlindungan tentara dengan tingkatkan jarak di antara mereka dan keadaan. Ke-2 , kurangi kerusakan tambahan, yang kami sebutkan dengan bahasa militer, menghindar orang yang tidak bersalah pada kondisi itu. Kami melakukan dengan pastikan jika tentara tembak sasaran secara tepat. Imbas kerusakannya lebih enteng. Kami memakai peluru kecil kelas 556, bukan rudal,” jelasnya.
Omar Shakir, Direktur Masalah Israel dan Palestina di Human Rights Watch, menjelaskan robot senjata itu memberikan contoh “perubahan Israel ke arah dehumanisasi digital mekanisme senjata” yang tidak pedulikan penilaian alami manusia dalam perselisihan yang kompleks.
Dia menjelaskan robot senjata itu kurangi resiko untuk tentara Israel tapi tingkatkan resiko untuk masyarakat Palestina. Dengan memakai tehnologi semacam itu, Shakir menjelaskan Israel sedang membuat “tong mesiu” untuk pelanggaran HAM.